favorite issue

Minggu, 22 April 2012

Sepucuk surat,untuk bidadari surgaku.




by Winny Janicely on Thursday, April 21, 2011 at 2:24am
Bismilahirrahmanirrahim,


Hai bidadari surgaku, bila saatnya tiba kau baca surat cintaku ini, aku hanya berharap di hari saat dimana kau kecup punggung tanganku untuk yang pertama kali di hadapan penghulu, para saksi, orang tua kita, saudaramu, saudaraku, sahabatmu, sahabatku, adalah simbol cintamu yang akan selalu ada disisiku sampai Izrail menghampiri kita.


Perempuanku, jangan kaget bila aku menuliskan surat cinta ini jauh dari hari saat kau membacanya. Saat aku belum melihat paras cantikmu, saat aku belum mengenal akhlak muliamu, saat aku belum tahu namamu. Jangan khawatir, dulu kita sudah bertemu. Saat di alam ruh. Allah telah memilihkan kamu untuk menjadi teman hidupkuu, saat empat bulan masa kandunganku di dalam perut ibu. Sejak saat itu namamu sudah disandingkan di sebelah namaku. Sejak saat itu aku sudah mencintaimu.


calon istriku, selain mahar yang kau minta saat pernikahan kita. Aku ingin berikan kau satu lagi: sebuah mukjizat Nabi terakhir. Alquranul Karim, yang akan selalu kau baca dengan suara merdumu, sebagai pelepas lelahku sepulang aku bekerja. Alquranul Karim, yang akan kau ajarkan betapa indah lantunan ayat - ayat suci kepada anak - anak kita nanti.


Alquranul Karim, yang akan kau baca tepat disampingku nanti, saat aku terkulai lemah tak lagi berarti walau hanya untuk menjentikan jari. Alquranul Karim, yang akan selalu kau bawa dan kau baca tepat di samping nisanku nanti apabila Izrail menjemputku lebih dulu. Tetap bacakan untukku walau seayat sayang, aku pasti akan merindukan suara bidadariku bernyanyi: Kau mengaji.


Sayang, mungkin aku tak lebih hebat dari ayahmu dalam menjagamu. Aku tak segagah ia melindungi dirimu, mempertahankanmu dari para pria yang menginginkanmu darinya, termasuk aku yang akhirnya ia percayakan sebagai penggantinya untuk menjagamu. Tapi, percayalah. Kaulah alasanku untuk belajar menjadi pria yang kuat. Pria yang rela walau harus sampai mati melindungimu, demi menjaga hatimu, kehormatanmu juga ragamu. 


calon istriku, izinkanlah aku nanti, sebelum kuucapkan ijab qabul pernikahan kita yang disahkan para saksi, kulantunkan selarik ayat suci: An Nisa. 34, sebagai janjiku yang akan selalu melindungimu atas nama laki - laki. Sebagaimana Allah telah mewahyukan ayat itu kepada Muhammad nabi kita.


Calon istriku, saat kau sudah menggenapkan agamaku nanti, sesudah kau amini Al-Fatihahku yang pertama kali, setelah pertama kalinya kau cium tanganku selepas sholat, aku ingin saat itu kau selalu jadi pengingatku. Aku hanya manusia yang terkadang lupa, sering melakukan salah, dan laki - laki yang tak peka. Sekali kau memohon: ‘Maukah kau lakukan itu untukku?’ Demi apa pun, apalah arti dunia jika aku melihat air matamu. Kan kulakukan sepenuh hati hanya untukmu.


Calon istriku, aku berjanji.Tanpa sedikit pun aku menentang hal yang pernah dilakukan Rasulullah. Saat kau menjadi istriku nanti, akan kujadikan kau satu-satunya di dunia dan akhirat. Seperti halnya Sayidina Ali Radliallahuanhu menjadikan Fatimah Az Zahra satu-satunya bidadari bumi yang dimilikinya.


Kasih, tenanglah. Saat aku telah menjadi imammu nanti, tak akan pernah berhenti aku mencari rezeki. Selama masih keluar keringat kuperas dari tubuhku, selama masih kuat kubanting tulang punggungku, aku akan terus menafkahimu. Tak akan kubiarkan kau dan anak-anak kita kelaparan dan kehausan. Kupastikan kalian tak akan pernah kekurangan cintaku, sayang.


Calon istriku,kalau boleh aku meminta. Aku menginginkan putri yang menjadi buah hati kita yang pertama. Kita didik ia menjadi anak yang shalehah, dan kan kutanam sekeping jiwamu pada dirinya. Agar apabila nanti kau dipanggil lebih dulu oleh Pemilikmu yang sebenar- benarnya, aku masih bisa melihat kamu dalam diri putri kita. Dan aku ingin putra kita hanya terpaut satu tahun dengan kakaknya. Agar ia bisa tumbuh dewasa bersama saudari kandungnya. Dan akan kutempa dia agar menjadi pria yang kuat, bahkan melebihi aku. Agar apabila nanti aku yang kembali lebih dulu ke sisiNya, ia bisa menjaga ibu dan kakaknya seperti yang telah kulakukan dan kuajarkan kepadanya.


Bidadariku, aku tahu perjalanan bahtera kita tak akan selalu berlangit cerah. Syaitan pun tak kan pernah berhenti merusak hidup manusia sampai kiamat tiba. Maka ingatkanlah aku dengan kelembutan hatimu, agar tak ada hal lain yang kulakukan untukmu selain mencintaimu dan melindungimu. Sungguh aku tahu wanita itu tercipta dari tulang rusuk pria yang paling bengkok. Maka tak akan kupaksa ‘tuk luruskan engkau hingga patah, dan tak akan pula kubiarkan engkau tetap bengkok. Islam yang akan selalu menuntunku bagaimana seharusnya aku memperlakukanmu.


Sayang percayalah, aku akan selalu mencintaimu di tiap waktuku. Aku akan tetap menciummu, meski pipimu tak lagi sekencang dulu, meski keriput tlah menggarisi keningmu. Aku akan tetap membelai rambutmu, meski putih telah memakan habis hitamnya yang indah. Aku akan tetap memelukmu, meski bungkuk badanmu dan ringkih tubuhmu, aku akan tetap memelukmu.


Berjanjilah , apabila tiba saatnya Izrail memamerkan surga dan neraka di kedua sayapnya di hadapanku. Jangan pernah berhenti bisikkan nama Allah di telingaku, jangan pernah kau lepas genggaman tanganku dan jangan dulu jatuhkan air matamu sebelum malaikat benar – benar mencabut ruh dari ragaku. Sudah kubilang: Apalah arti dunia jika aku melihat air matamu.


Tenanglah kasih, batu nisan memang akan pisahkan dunia kita nanti, tapi dia tak akan mampu pisahkan cinta kita. Aku mencintaimu tak hanya di dunia. Semoga Allah mengabulkan doa di tiap sujudku, agar pernikahan kita tak hanya dilanggengkan di dunia, tapi juga diabadikan di taman surgaNya. Amin…


Aku mencintaimu karena Allah, bidadari surgaku


Calon Imam hidupmu

:)

Kontroversi Manfaat Daging dan Susu Bagi Manusia


Banyak ahli nutrisi meyakini bahwa daging dan susu merupakan bahan makanan yang bergizi dan sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Oleh sebab itu, dari kanak-kanak hingga dewasa dianjurkan mengkonsumsi daging dan susu untuk perkembangan tubuh serta menjaga kesehatan tubuh.
Pendapat ini ternyata di tentang oleh salah seorang ahli usus ternama berumur 70 tahun yang bernama Prof Dr Hiromi Shinya. Beliau adalah  dokter berdarah amerika yang lahir di jepang, dan merupakan dokter  pertama di dunia yang dapat melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut.

Berawal dari satu pengamatan, bahwa tidak ada satupun mahluk hidup di dunia yang ketika sudah dewasa masih minum susu kecuali manusia. Perilaku manusia yang menyalahi hukum alam ini terus mengganggu pikiran beliau, akhirnya Prof Dr Hiromi Shinya memutuskan untuk  melakukan penelitian tentang hal ini  kepada pasien-pasien yang ditanganinya. Hasil penelitian ini  beliau tulis dalam  buku “The Miracle of Enzyme”  (Keajaiban Enzim), yang nantinya menjadi best seller di seluruh dunia.

Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi “modal” oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam “lumbung enzim-induk” . Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari “lumbung”-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu.

Selama menjalankan praktek di Negara Jepang dan Amerika, Prof Dr Hiromi Shinya telah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia. Setiap kali memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi Shinya juga melakukan penelitian untuk mengetahui keterkaitan antara bentuk/wujud pada bagian dalam usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya.

Fungsi utama usus adalah untuk mengolah dan menyerap sari makanan dengan satu kondisi tertentu. Jika makanan yang masuk kedalam tubuh itu berupa bahan yang sulit diolah oleh usus, maka usus akan dipaksa bekerja keras, yang mengakibatkan kelelahan usus, bahkan sari makanan pun dapat terbuang percuma karena hal ini.


Akibatnya, secara tidak langsung akan menganggu pertumbuhan sel-sel tubuh, mengurangi daya tahan tubuh, memacu munculnya sel radikal bebas penyebab kanker, menimbulkan beraneka macam penyakit serta membuat kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, akan menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus, yang kemudian menjadi tinja stagnan yang akhirnya membusuk dan menimbulkan penyakit di dalam tubuh.

Dari hasil analisa, Prof Dr Hiromi Shinya menggolongkan bentuk permukaan dalam usus manusia menjadi 2 macam :

  • Usus dengan permukaan bagian dalam yang benjol-benjol, penuh luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Dari hasil wawancara dengan pasien yang mempunyai bentuk usus seperti ini, mereka mempunyai pola makan yang mirip, yaitu banyak mengkonsumsi daging serta susu.

  • Usus dengan permukaan dalam relatif rata (walaupun berbintik-bintik), berwarna kemerahan dan tampak segar. Bentuk usus seperti ini dijumpai pada manusia yang jarang sekali mengkonsumsi daging ataupun susu serta melaksanakan tatacara makan yang benar.

Dari data ini, Prof Dr Hiromi Shinya menyimpulkan bahwa daging dan susu adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum Susu Sapi. Bahkan beliau mengambil satu kesimpulan bahwa susu dapat menjadi penyebab penyakit osteoporosis !.

Bagaimana hal itu bisa terjadi ?. Dalam buku tersebut diterangkan bahwa susu adalah benda cair, yang ketika masuk ke dalam mulut akan  langsung mengalir ke kerongkongan. Akibatnya, susu tersebut tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Karena tidak bercampur enzim yang mempunyai fungsi untuk membantu pencernaan, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan “enzim induk” yang seharusnya dihemat. Enzim induk ini berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Jika enzim induk ini terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, pertumbuhan tulang akan terganggu yang akhirnya menyebabkan osteoporosis.

Sedangkan untuk daging, Prof Dr Hiromi Shinya tidak merekomendasikannya  sebagai makanan yang sehat. Menurut beliau, seharusnya makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut. Angka 15% ini diambil dari susunan gigi manusia. Jumlah gigi taring yang berfungsi untuk mengoyak makanan seperti daging memang hanya 15% dari total jumlah gigi manusia. Berarti alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging sebesar 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.

Beliau juga mengamati efek dari mengkonsumsi daging pada hewan. Harimau, yang merupakan hewan pemakan daging, memang mempunyai keunggulan dalam hal kecepatan berlari, tetapi itupun hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak “lari jarak jauh” oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya jauh lebih hebat.

Di samping pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi, Prof Hiromi juga mempersoalkan tatacara makan yang baik yang benar yaitu dengan mengunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja agar lebih embut, yang lebih penting adalah agar di rongga mulut makanan dapat bercampur dengan enzim secara sempurna.
Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah satu kebiasaan yang baik. Minum sebaiknya dilakukan  setengah jam sebelum makan, agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu untuk mempermudah mencerna makanan yang akan masuk kemudian.

Bagaimana jika makanannya terasa seret saat masuk tenggorokan? Jika hal ini terjadi, berarti makanan tersebut belum terkunyah dengan sempurna sebanyak  30 kali. Beliau juga menganjurkan agar tidur dalam keadaan perut kosong atau minimal 4 atau 5 jam setelah makan Jika semua teori  Prof Hiromi diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga awet muda, tidak akan kelebihan berat badan dan panjang umur.

Definisi “Mati” menurut beliau, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing. Oleh sebab itu jika kita ingin panjang umur,  harus menghemat enzim-induk itu. Akan lebih baik lagi jika bisa menambah enzim induk itu dengan cara selalu makan makanan segar. Kenapa harus makanan segar ?. Ternyata semua makanan (baik mentah maupun yang sudah dimasak) jika terkena udara dalam waktu yang lama akan mengalami oksidasi. Makanan tidak jauh berbeda dengan besi, jika dibiarkan di udara terbuka akan mudah berkarat.

Proses pengolahan makananpun tidak dapat diabaikan. Menggoreng, adalah salah satu proses pengolahan makanan yang juga kurang baik bagi kesehatan. Masalah dapat timbul mulai dari minyak yang digunakannya yang mungkin telah  teroksidasi, juga setelah makanan matang dan tidak langsung dikonsumsi.

Jadi, untuk menjalani hidup secara sehat, lebih baik hanya mengkonsumsi : sayur, biji-bijian, dan buah. Selain itu juga menghindari makanan yang berprotein tinggi. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim.

Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Sesekali beliau juga makan makanan “buruk” seperti daging ataupun olahan susu, tetapi karena hanya sesekali,tidak menyebabkan penurunan kualitas usus Terhadap para pasien yang menderita penyakit usus, termasuk kanker usus, Prof Hiromi menerapkan “pengobatan alamiah” dengan cara yang sama dan hasilnya memang sangat memuaskan.

Dokter, menurut beliau, lebih banyak melihat pasien hanya dari satu sisi, yaitu di tempat/bidang yang terasa sakit. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus.

Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, akan membuat hatinya menjadi  senang. Hati yang senang membawa pikiran yang gembira.  Pikiran yang gembira akan memacu mekanisme dalam tubuh yang dapat menambah enzim-induk.

The Miracle of Enzyme



http://duniasapi.com/id/laman-utama/45-bahan-baku/223-kontroversi-manfaat-daging-dan-susu-bagi-manusia.html

Kutipan buku The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) oleh Prof Dr Hiromi Shinya

TIDAK ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu kecuali manusia. Lihatlah sapi, kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak anak-anak lagi tidak akan minum susu. Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu?
“Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya,” ujar Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.
Mengapa susu paling jelek untuk manusia?
Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh
terpaksa mengeluarkan cadangan “enzim induk” yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.
Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia
memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondarmandir di antara dua negara itu.
Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging.
Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/minuman yang “jelek”: benjol-benjol, luka-luka, bisul- bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.
Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.
Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut.
Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabk an. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.
Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak “lomba lari” oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.
Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.
Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan
gembrot.
Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi “modal” oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam “lumbung enzim- induk”. Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari “lumbung”-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras
lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.
Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.
Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.
Apa saja makanan yang direkomendasikan?
Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya
juga harus menguras lumbung enzim.
Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh- sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan “jelek” itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau
terlalu sering.
Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan “pengobatan” seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan “pengobatan” alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus.
Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.
Saya mencoba mengikuti saran buku ini sebulan terakhir ini. Tapi, baru bisa 50 persennya. Entah, persentase itu akan bisa naik atau justru turun lagi sebulan ke depan.
Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah

Diposkan oleh Ainut Tijar  
Minggu, April 10, 2011