Banyak ahli nutrisi meyakini bahwa daging dan susu merupakan bahan makanan yang bergizi dan sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Oleh sebab itu, dari kanak-kanak hingga dewasa dianjurkan mengkonsumsi daging dan susu untuk perkembangan tubuh serta menjaga kesehatan tubuh.
Pendapat ini ternyata di tentang oleh salah seorang ahli usus ternama berumur 70 tahun yang bernama Prof Dr Hiromi Shinya. Beliau adalah dokter berdarah amerika yang lahir di jepang, dan merupakan dokter pertama di dunia yang dapat melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut.
Berawal dari satu pengamatan, bahwa tidak ada satupun mahluk hidup di dunia yang ketika sudah dewasa masih minum susu kecuali manusia. Perilaku manusia yang menyalahi hukum alam ini terus mengganggu pikiran beliau, akhirnya Prof Dr Hiromi Shinya memutuskan untuk melakukan penelitian tentang hal ini kepada pasien-pasien yang ditanganinya. Hasil penelitian ini beliau tulis dalam buku “The Miracle of Enzyme” (Keajaiban Enzim), yang nantinya menjadi best seller di seluruh dunia.
Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi “modal” oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam “lumbung enzim-induk” . Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari “lumbung”-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu.
Selama menjalankan praktek di Negara Jepang dan Amerika, Prof Dr Hiromi Shinya telah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia. Setiap kali memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi Shinya juga melakukan penelitian untuk mengetahui keterkaitan antara bentuk/wujud pada bagian dalam usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya.
Fungsi utama usus adalah untuk mengolah dan menyerap sari makanan dengan satu kondisi tertentu. Jika makanan yang masuk kedalam tubuh itu berupa bahan yang sulit diolah oleh usus, maka usus akan dipaksa bekerja keras, yang mengakibatkan kelelahan usus, bahkan sari makanan pun dapat terbuang percuma karena hal ini.
Akibatnya, secara tidak langsung akan menganggu pertumbuhan sel-sel tubuh, mengurangi daya tahan tubuh, memacu munculnya sel radikal bebas penyebab kanker, menimbulkan beraneka macam penyakit serta membuat kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, akan menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus, yang kemudian menjadi tinja stagnan yang akhirnya membusuk dan menimbulkan penyakit di dalam tubuh.
Dari hasil analisa, Prof Dr Hiromi Shinya menggolongkan bentuk permukaan dalam usus manusia menjadi 2 macam :
- Usus dengan permukaan bagian dalam yang benjol-benjol, penuh luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Dari hasil wawancara dengan pasien yang mempunyai bentuk usus seperti ini, mereka mempunyai pola makan yang mirip, yaitu banyak mengkonsumsi daging serta susu.
- Usus dengan permukaan dalam relatif rata (walaupun berbintik-bintik), berwarna kemerahan dan tampak segar. Bentuk usus seperti ini dijumpai pada manusia yang jarang sekali mengkonsumsi daging ataupun susu serta melaksanakan tatacara makan yang benar.
Dari data ini, Prof Dr Hiromi Shinya menyimpulkan bahwa daging dan susu adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum Susu Sapi. Bahkan beliau mengambil satu kesimpulan bahwa susu dapat menjadi penyebab penyakit osteoporosis !.
Bagaimana hal itu bisa terjadi ?. Dalam buku tersebut diterangkan bahwa susu adalah benda cair, yang ketika masuk ke dalam mulut akan langsung mengalir ke kerongkongan. Akibatnya, susu tersebut tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Karena tidak bercampur enzim yang mempunyai fungsi untuk membantu pencernaan, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan “enzim induk” yang seharusnya dihemat. Enzim induk ini berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Jika enzim induk ini terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, pertumbuhan tulang akan terganggu yang akhirnya menyebabkan osteoporosis.
Sedangkan untuk daging, Prof Dr Hiromi Shinya tidak merekomendasikannya sebagai makanan yang sehat. Menurut beliau, seharusnya makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut. Angka 15% ini diambil dari susunan gigi manusia. Jumlah gigi taring yang berfungsi untuk mengoyak makanan seperti daging memang hanya 15% dari total jumlah gigi manusia. Berarti alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging sebesar 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.
Beliau juga mengamati efek dari mengkonsumsi daging pada hewan. Harimau, yang merupakan hewan pemakan daging, memang mempunyai keunggulan dalam hal kecepatan berlari, tetapi itupun hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak “lari jarak jauh” oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya jauh lebih hebat.
Di samping pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi, Prof Hiromi juga mempersoalkan tatacara makan yang baik yang benar yaitu dengan mengunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja agar lebih embut, yang lebih penting adalah agar di rongga mulut makanan dapat bercampur dengan enzim secara sempurna.
Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah satu kebiasaan yang baik. Minum sebaiknya dilakukan setengah jam sebelum makan, agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu untuk mempermudah mencerna makanan yang akan masuk kemudian.
Bagaimana jika makanannya terasa seret saat masuk tenggorokan? Jika hal ini terjadi, berarti makanan tersebut belum terkunyah dengan sempurna sebanyak 30 kali. Beliau juga menganjurkan agar tidur dalam keadaan perut kosong atau minimal 4 atau 5 jam setelah makan Jika semua teori Prof Hiromi diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga awet muda, tidak akan kelebihan berat badan dan panjang umur.
Definisi “Mati” menurut beliau, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing. Oleh sebab itu jika kita ingin panjang umur, harus menghemat enzim-induk itu. Akan lebih baik lagi jika bisa menambah enzim induk itu dengan cara selalu makan makanan segar. Kenapa harus makanan segar ?. Ternyata semua makanan (baik mentah maupun yang sudah dimasak) jika terkena udara dalam waktu yang lama akan mengalami oksidasi. Makanan tidak jauh berbeda dengan besi, jika dibiarkan di udara terbuka akan mudah berkarat.
Proses pengolahan makananpun tidak dapat diabaikan. Menggoreng, adalah salah satu proses pengolahan makanan yang juga kurang baik bagi kesehatan. Masalah dapat timbul mulai dari minyak yang digunakannya yang mungkin telah teroksidasi, juga setelah makanan matang dan tidak langsung dikonsumsi.
Jadi, untuk menjalani hidup secara sehat, lebih baik hanya mengkonsumsi : sayur, biji-bijian, dan buah. Selain itu juga menghindari makanan yang berprotein tinggi. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim.
Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Sesekali beliau juga makan makanan “buruk” seperti daging ataupun olahan susu, tetapi karena hanya sesekali,tidak menyebabkan penurunan kualitas usus Terhadap para pasien yang menderita penyakit usus, termasuk kanker usus, Prof Hiromi menerapkan “pengobatan alamiah” dengan cara yang sama dan hasilnya memang sangat memuaskan.
Dokter, menurut beliau, lebih banyak melihat pasien hanya dari satu sisi, yaitu di tempat/bidang yang terasa sakit. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus.
Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, akan membuat hatinya menjadi senang. Hati yang senang membawa pikiran yang gembira. Pikiran yang gembira akan memacu mekanisme dalam tubuh yang dapat menambah enzim-induk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar